Rabu, 10 April 2013

Pembicara yang baik cs. Pendengar yang baik

Tulisan ini diinsipirasi oleh karena hari-hari terakhir saya menemukan banyak orang yang pandai berbicara di depan banyak orang, tetapi tidak bisa menjadi pendengar yang baik bagi pembicara yang ada di depan mereka.

Saya melihat ada orang-orang yang sangat mahir berbicara di depan banyak orang. Dia memiliki kharisma dan wibawa. Saat dia ada di depan, orang pun menyingsingkan rambutnya dan memasang telinganya untuk mendengarkan dia berbicara. Dia berbicara di depan dengan percaya diri, nada bicaranya sangat baik, intonasi dan temponya sangat tepat, bahasa tubuhnya begitu memikat. Wow, dia pembicara yang sangat baik.


Namun, di sisi lain. Saya melihat saat dia menjadi pendengar, dia tidak bisa duduk tenang. Dia bicara ke orang di sebelah kanannya atau sebelah kirinya. Dia tidak mendengarkan orang yang sedang berbicara di depan. Dia bukan pendengar baik.

Apa karena orang yang berbicara di depannya begitu membosankan sehingga ia tidak bisa menjadi pendengar yang baik? Apa karena dia pembicara yang baik sehingga orang lain bisa menjadi pendengar yang baik? Jawabannya ya dan tidak.

Saya akui, kepandaian seseorang berbicara di depan akan mempengaruhi kita mendengarkannya dengan baik atau tidak. Tapi pendengar yang baik bukanlah sekali atau dua kali, tetapi itu adalah karakter. Menjadi pendengar yang baik adalah lebih pada sebuah keputusan. Keputusan yang kita buat apakah mau mendengar atau tidak. Karena ada saja orang yang tidak mendengar, meskipun sang pembicara adalah orang yang sangat berpengaruh, termasyur, dll. Dan ada pula yang tetap mendengarkan, meskipun pembicara tersebut membosankan, suaranya lemah, mimik muka dan bahasa tubuh yang datar, atau pengetahuan pembicara yang mungkin tidak lebih baik dari si pendengar. Bagaimana bisa? Karena dia memutuskan untuk demikian.

Banyak pelatihan/training untuk mahir berbicara di depan umum, seperti bagaimana teknik presentasi yang baik, bagaimana menyampaikan pidato yang baik, bagaimana memimpin suatu acara dengan baik, bagaimana menjadi MC yang handal, bagaimana menjadi moderator yang baik, dan lain-lain. Banyak pelatihan yang mengajarkan kita bagaimana menjadi good speaker. Sayangnya, hanya sedikit sekali, bahkan hampir tidak ada pelatihan/training yang melatih orang untuk menjadi good listener, not talk but hear, and not only hear but listen.


Menurut saya, latihan menjadi pendengar yang baik bisa dilakukan dengan mengambil keputusan, untuk mendengarkan orang yang berbicara di depan dan berusaha memahami apa yang coba dia maksudkan/sampaikan, sekalipun pembicara tersebut kurang baik dalam menyampaikan sesuatu karena pilihan kata, bahasa, mimik muka, gaya tubuh, dll yang kurang baik. Di situlah kita dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.

Baru-baru ini saya sedang membaca sebuah buku yang membahas mengenai pentingnya komunikasi.
Berikut ini beberapa kutipannya :
"Kenapa sih setiap kali kita memikirkan komunikasi, biasanya kita membayangkan diri kitalah yang sedang berbicara? Jawabannya cukup jelas. Kita menganggap apa yang kita katakan itu penting, lebih penting daripada apa yang dikatakan orang lain. Namun sering kali hal terbaik yang dapat kita lakukan dengan bibir kita ialah menutupnya rapat-rapat.
Baru-baru ini ayahku menasihati adikku-Ishak-yang berusia lima tahun bahwa Tuhan memberi kita dua telinga dan satu mulut karena Ia mau kita mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara. Mata Ishak terbuka lebar. Baginya, nasihat ini adalah kebenaran yang menakjubkan, yang baru ia dengar. Sejak itu ia senang bertanya kepada siapa saja yang ditemuinya, "Mau tahu kenapa kita punya dua telinga?"
Itu pertanyaan yang cocok bagi orang-orang yang mau meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Kita perlu diingatkan bahwa telinga adalah alat komunikasi yang paling penting.
Apakah kita pintar menyimak? Menyimak adalah ekspresi kerendahan hati dan kepedulian yang tulus kepada orang lain. 
Dalam komunikasi yang autentik, selalu ada saat bicara dan saat mendengarkan. Kalau kita sungguh-sungguh ingin mengenal dan mengerti orang lain, kita harus peduli terhadap apa yang mereka rasakan dan pikirkan, bukannya sok tahu tentang mereka."
Butuh kerendahan hati untuk menjadi pendengar yang baik. Tuhan ingin kita menjadi pendengar yang baik.

Ga salah jadi good speaker, yang salah itu kalo ga jadi good listener juga.
Jadi good listener aja cukup dong? Engga juga, we should learn how to be a good speaker too.

Saya bukan ingin men-judge orang. Justru saya diingatkan dan belajar bahwa kita harus menjadi good speaker and good listener in the same time. Jangan hanya menjadi good speaker, tapi harus juga jadi good listener, dan sebaliknya.

Sedikit kesaksian :
Dari dulu saya orangnya takut kalo bicara di depan umum. I can't stand in the front of people. Terkadang ada banyak hal di pikiran saya, tapi saya tidak bisa menyampaikannya dengan baik karena saya sangat takut bicara di depan orang lain. Suara saya bergetar, badan berkeringat, tangan pun saya kepalkan, dan pikiran pun jadinya buyar. Saya dulu istilahnya orang demam panggung. Itu terutama sampai saya smp. Meskipun di masa itu (dari sd sampai smp) beberapa kali ikut lomba baca puisi dan lomba menyanyi. Saya tetap orang yang gagap bicara. Tapi saya tau, di masa itu saya sedang diajar untuk menjadi pendengar yang baik.


Awal perubahan....

Saya mulai diubahkan ketika kelas 3 smp akhir. Waktu itu setelah kelas agama, ada kebaktian. Kaka2 mahasiswa membagikan Firman tentang "Gambar Diri". Di masa itu, gambar diri saya memang sedang kacau parah. Saya mengalami yang namanya krisis kepercayaan diri, krisis jati diri, minder akut, rasa tertolak, merasa tidak berharga, saya merasa kurang dan orang lain lebih. Karena itulah, saya tidak bisa bicara di depan orang banyak.

Saya teringat, waktu dulu anak2 yang 3 besar dari kelas A-G ditunjuk untuk mengikuti portofolio, ya semuanya kecuali saya. Mungkin guru saya melihat bahwa saya tidak mampu bicara. Saya hanya baik secara tertulis (padahal waktu itu saya rangking 1). Ya begitu parah kali ya di masa itu.

Semenjak dibagikan firman itu, ada perubahan yang terjadi di hati saya. Saya merasakan kasih Bapa, saya mengerti bahwa saya berharga dan dikasihi Bapa dengan sangat. KasihNya memampukan saya mengasihi dan menerima diri saya. Saya pun berubah menjadi Nella yang baru, yang kini percaya diri, bukan karena sombong tapi karena saya tau saya diciptakan unik, masterpiece oleh Tuhan.

Belajar berbicara di depan...

Semuanya berproses. Di sma, setelah saya pulih dari gambar diri, Nella yang murung berubah menjadi Nella yang ceria. Saya mulai belajar berbicara dengan lebih percaya diri. Saya belajar berbicara di depan. Mungkin tidak sehebat teman-teman saya yang lain, tapi saya tau saya sedang diproses.

Kepercayaan berbicara di depan...

Awal saya masuk itb. Saya ikut beberapa unit kegiatan mahasiswa, salah duanya adalah PSM (Paduan Suara Mahasiswa) dan PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen). Di mulai dengan menjadi MC saat acara Festival Mini (FesMin) PSM. Memang tidak terlalu banyak saya bicara, tetapi saya sedang diproses. Kemudian Tuhan percayakan saya menjadi WL (Worship Leader) untuk acara Paskah di fakultas saya saat saya tingkat 1. Bayangkan saja, sebelumnya saya belum pernah memimpin kebaktian apapun, tapi Tuhan yang menganugerahkannya.
Kemudian, menjadi singer dan WL di beberapa kebaktian maupun persekutuan kecil. Kemudian belajar lagi menjadi MC waktu acara ulang tahun unit saya Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa (Kokesma). Saya masih banyak kekurangan, tapi Tuhan sedang memproses saya.
Hingga suatu waktu saya dipercayakan menjadi WL acara Natal PMK ITB. Saya tau itu bukan karena saya jago, tapi cuma karena Tuhan aja. Saya pun masih dibentuk di sini.
Dan juga beberapa kepercayaan lainnya.

jangan salah persepsi yaaaa...saya bilang tadi bukan untuk nyombong. Tapi saya ingin tunjukkin, Nella yang dulu seorang demam panggung bisa Tuhan ubah menjadi seperti itu. Kalo tanpa Tuhan mah ga bisa gitu. Saya mungkin masih menjadi Nella yang membenci diri sendiri dan demam panggung sampai saat ini, tetapi Puji Tuhan Dia menyelamatkan saya. WOOW, makasi banyak deh Tuhan Yesus. Love Youuuu.

Itu proses saya untuk belajar menjadi good speaker. Ya saya masih punya banyak kekurangan, tetapi saya tau Tuhan belum selesai memproses saya.

Belajar menjadi pendengar yang baik....

Seperti yang saya bilang tadi, latihan yang tepat adalah saat kita mengambil keputusan untuk tetap mendengarkan dan mencoba memahami apa yang pembicara itu sampaikan (sekalipun mungkin pembicara tersebut tidak sesuai dengan selera kita).

Pengalaman saya...

Saya akui ada saja dosen yang saat menjelaskan di kelas tidak begitu saya pahami dan kadang membuat kantuk. Mungkin ada yang memilih cabut dari kelas, ada yang memilih tidur saja di kelas. Saya ingat, waktu itu saya belajar mencoba tetap diam di kelas, melawan kantuk, dan mencoba memahami (walau mungkin pernah aga ketiduran juga...hehehe,,walau jarang sih soalnya ga enak tidur di kelas, enakan di kasur). Bahkan kadang saya walau sudah berusaha mendengarkan, tapi tetep ga ngerti. Tapi saya tau waktu itu Tuhan ajarin tentang kepatuhan dan penghormatan ke dosen.

Pernah juga ada dosen, yang perkataannya aga gimana gtu. Sempet males juga dengerin. Tapi ya suara hati suka nyuruh ya dengerin. Mungkin walau dengan terpaksa dan ogah-ogahan saya coba mendengarkan. Kadang saya juga ga selalu sukses lohhh..kadang ada juga kondisi bener2 ga fokus dan ga dengerin. Tapi itu dia. Proses. Belajar. Belajar. Bangkit. Bangkit. Bangun. Bangun.

Kisah lainnya, dulu ada dua pengkhotbah yang bukan favorit saya, mungkin karena pola pikir dan pandangan saya juga terhadap mereka. Akibatnya saya kurang mendengarkan. Hingga saya ambil keputusan untuk benar2 berusaha mendengarkan dan memahami apa yang pengkhotbah itu sampaikan. Dan kalian tau? Sekarang kedua pengkhotbah itu saya nantikan setiap khotbah, mereka menjadi pengkhotbah favorit saya sekarang. Ada kepuutusan yang dibuat untuk menjadi seorang pendengar yang baik.

Ya intinya kita harus belajar menjadi pendengar yang baik dan pembicara yang baik juga. Butuh kerendahan hati untuk menjadi pendengar yang baik. Butuh anugrah juga untuk menjadi pembicara yang baik. Mari sama2 belajar!!!

GBUA =D

7 komentar:

  1. wow sharing yang bagus. aku sangat terberkati. belajat lebih baik lagi buat mendengarkan semua orang. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo.. mohon maaf sekali bahkan saya baru baca komennya di tahun 2020. Terima kasih sudah mampir di tulisan ini. Semoga kita semua terus diproses menjadi pendengar dan pembicara yang baik.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. saya punya kisah yg sama dengan cerita diatas, tapi beanya sampai sekarang saya sama sekali belum menemukan jati diri itu, jika ada motivasi yg lainnya, tolong d share ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo.. maaf saya baru membacanya di 2020. Terus semangat ya. Semoga kaka dapat menemukan jati diri kaka. Dan yang tentunya jati diri kita yang sesungguhnya hanya bisa kita temukan dari pencipta kita. Apa kata pencipta kita tentang kita, itulah yang harus kita percayai. Bahwa kita diciptakan unik dan berharga.

      Hapus