Rabu, 24 April 2013

Heyyyy youuuuu!!!!

Bagian 1 : Jangan menyerah!
Anda sudah berdoa, tetapi belum juga mendapat jawaban? Anda sudah mencari Tuhan, tetapi sepertinya Tuhan belum berbicara? Anda sudah berjuang, tetapi sepertinya belum ada jalan keluar? Anda sudah melakukan yang terbaik, tetapi sepertinya belum ada hasilnya?
JANGAN MENYERAH!!! TETAP KERJAKAN!!! TETAP NANTIKAN!!! BERTEKUN!!!
Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya. (Ibrani 6 : 15)
Ada kesabaran dalam memperoleh janji. Ada waktunya Tuhan untuk penggenapan janji. Kita akan memperolehnya, asal kita tidak menyerah!!
Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. (Galatia 6 : 9) 
Let us not become weary in doing good, for at the proper time we will reap a harvest if we do not give up. (Galatian 6 : 9)

Bagian 2 : Kamu bisa!!
Jangan mau hidup biasa-biasa karena kita ditetapkan menjadi orang luar biasa. Roh Kudus diberikan supaya kita dapat melakukan hal-hal yang besar. Roh Allah ada pada kita, hal besar apa yang tidak bisa kita lakukan?
"Bukan lagi apa yang bisa saya lakukan, tetapi apa yang bisa Tuhan lakukan."
Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. (2 Korintus 3 : 5) 

Bagian 3 : Have strong relationship with God!!
Influence other is not the goal to be achieved, but it is the fruit of the intimacy with God.
Kekristenan-->hubungan yang intim dengan Tuhan, tertanam kuat di dalamNya.
Bereskan hubungan pribadi dengan Tuhan. Miliki hubungan yang kuat dengan Roh Kudus! Perbaharui komitmen saat teduh, jam-jam doa, persekutuan, dan pemuridan.
Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. (Kolose 2 : 6-7)

Bagian 4 : Bersukacitalah!!
Apapun yang terjadi, tetaplah BERSUKACITA! Bersukacita karena Dia Allah yang tidak pernah meninggalkan kita. Bersukacita, mengucap syukurlah pada Tuhan, bahkan sebelum kita melihat jawabannya. Maka akan terjadi terobosan.
Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan. (Filipi 3 :1)
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (Filipi 4 : 4)

Bagian 5 : Bersemangat!!
Ingat kebaikan Tuhan dalam hidupmu. Ingat janjiNya. Banyak orang menjadi kalah karena sudah tidak bersemangat dari awal. Bersemangatlah dan lihatlah apa yang bisa kau kerjakan bersama Tuhan.
Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu! (2 tawarikh 15 : 7)
Hati yang gembira adalah obat yang manjur,tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang. (Amsal 17 : 22)

Bagian 6 : Talk to the problem!!
Berbicara pada Tuhan betapa besarnya masalah kita, tidak mengubahkan apapun. Tetapi berbicaralah pada masalah betapa besarnya Tuhan kita, dan masalah itu pun akan hilang dan terselesaikan.
Kegagalan sesungguhnya bukanlah saat kita mendapat nilai jelek, saat kita belum lulus juga, saat kita punya banyak masalah. Kegagalan yang sesungguhnya adalah saat kita melihat permasalahan kita lebih besar daripada Tuhan yang kita sembah.
Hey youuuu, Tuhan kita jauuuuuuuuhhh lebih besar dari setiap permasalahan. Jangan mau ditipu iblis!

----------------------------------------***Y(#^_____^#)Y***-------------------------------------
Referensi : campuran dari catatan2 khotbah, pds, pa, sate, pengalaman pribadi, buku yg dibaca, dll

Rabu, 10 April 2013

Pembicara yang baik cs. Pendengar yang baik

Tulisan ini diinsipirasi oleh karena hari-hari terakhir saya menemukan banyak orang yang pandai berbicara di depan banyak orang, tetapi tidak bisa menjadi pendengar yang baik bagi pembicara yang ada di depan mereka.

Saya melihat ada orang-orang yang sangat mahir berbicara di depan banyak orang. Dia memiliki kharisma dan wibawa. Saat dia ada di depan, orang pun menyingsingkan rambutnya dan memasang telinganya untuk mendengarkan dia berbicara. Dia berbicara di depan dengan percaya diri, nada bicaranya sangat baik, intonasi dan temponya sangat tepat, bahasa tubuhnya begitu memikat. Wow, dia pembicara yang sangat baik.


Namun, di sisi lain. Saya melihat saat dia menjadi pendengar, dia tidak bisa duduk tenang. Dia bicara ke orang di sebelah kanannya atau sebelah kirinya. Dia tidak mendengarkan orang yang sedang berbicara di depan. Dia bukan pendengar baik.

Apa karena orang yang berbicara di depannya begitu membosankan sehingga ia tidak bisa menjadi pendengar yang baik? Apa karena dia pembicara yang baik sehingga orang lain bisa menjadi pendengar yang baik? Jawabannya ya dan tidak.

Saya akui, kepandaian seseorang berbicara di depan akan mempengaruhi kita mendengarkannya dengan baik atau tidak. Tapi pendengar yang baik bukanlah sekali atau dua kali, tetapi itu adalah karakter. Menjadi pendengar yang baik adalah lebih pada sebuah keputusan. Keputusan yang kita buat apakah mau mendengar atau tidak. Karena ada saja orang yang tidak mendengar, meskipun sang pembicara adalah orang yang sangat berpengaruh, termasyur, dll. Dan ada pula yang tetap mendengarkan, meskipun pembicara tersebut membosankan, suaranya lemah, mimik muka dan bahasa tubuh yang datar, atau pengetahuan pembicara yang mungkin tidak lebih baik dari si pendengar. Bagaimana bisa? Karena dia memutuskan untuk demikian.

Banyak pelatihan/training untuk mahir berbicara di depan umum, seperti bagaimana teknik presentasi yang baik, bagaimana menyampaikan pidato yang baik, bagaimana memimpin suatu acara dengan baik, bagaimana menjadi MC yang handal, bagaimana menjadi moderator yang baik, dan lain-lain. Banyak pelatihan yang mengajarkan kita bagaimana menjadi good speaker. Sayangnya, hanya sedikit sekali, bahkan hampir tidak ada pelatihan/training yang melatih orang untuk menjadi good listener, not talk but hear, and not only hear but listen.


Menurut saya, latihan menjadi pendengar yang baik bisa dilakukan dengan mengambil keputusan, untuk mendengarkan orang yang berbicara di depan dan berusaha memahami apa yang coba dia maksudkan/sampaikan, sekalipun pembicara tersebut kurang baik dalam menyampaikan sesuatu karena pilihan kata, bahasa, mimik muka, gaya tubuh, dll yang kurang baik. Di situlah kita dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.

Baru-baru ini saya sedang membaca sebuah buku yang membahas mengenai pentingnya komunikasi.
Berikut ini beberapa kutipannya :
"Kenapa sih setiap kali kita memikirkan komunikasi, biasanya kita membayangkan diri kitalah yang sedang berbicara? Jawabannya cukup jelas. Kita menganggap apa yang kita katakan itu penting, lebih penting daripada apa yang dikatakan orang lain. Namun sering kali hal terbaik yang dapat kita lakukan dengan bibir kita ialah menutupnya rapat-rapat.
Baru-baru ini ayahku menasihati adikku-Ishak-yang berusia lima tahun bahwa Tuhan memberi kita dua telinga dan satu mulut karena Ia mau kita mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara. Mata Ishak terbuka lebar. Baginya, nasihat ini adalah kebenaran yang menakjubkan, yang baru ia dengar. Sejak itu ia senang bertanya kepada siapa saja yang ditemuinya, "Mau tahu kenapa kita punya dua telinga?"
Itu pertanyaan yang cocok bagi orang-orang yang mau meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Kita perlu diingatkan bahwa telinga adalah alat komunikasi yang paling penting.
Apakah kita pintar menyimak? Menyimak adalah ekspresi kerendahan hati dan kepedulian yang tulus kepada orang lain. 
Dalam komunikasi yang autentik, selalu ada saat bicara dan saat mendengarkan. Kalau kita sungguh-sungguh ingin mengenal dan mengerti orang lain, kita harus peduli terhadap apa yang mereka rasakan dan pikirkan, bukannya sok tahu tentang mereka."
Butuh kerendahan hati untuk menjadi pendengar yang baik. Tuhan ingin kita menjadi pendengar yang baik.

Ga salah jadi good speaker, yang salah itu kalo ga jadi good listener juga.
Jadi good listener aja cukup dong? Engga juga, we should learn how to be a good speaker too.

Saya bukan ingin men-judge orang. Justru saya diingatkan dan belajar bahwa kita harus menjadi good speaker and good listener in the same time. Jangan hanya menjadi good speaker, tapi harus juga jadi good listener, dan sebaliknya.

Sedikit kesaksian :
Dari dulu saya orangnya takut kalo bicara di depan umum. I can't stand in the front of people. Terkadang ada banyak hal di pikiran saya, tapi saya tidak bisa menyampaikannya dengan baik karena saya sangat takut bicara di depan orang lain. Suara saya bergetar, badan berkeringat, tangan pun saya kepalkan, dan pikiran pun jadinya buyar. Saya dulu istilahnya orang demam panggung. Itu terutama sampai saya smp. Meskipun di masa itu (dari sd sampai smp) beberapa kali ikut lomba baca puisi dan lomba menyanyi. Saya tetap orang yang gagap bicara. Tapi saya tau, di masa itu saya sedang diajar untuk menjadi pendengar yang baik.


Awal perubahan....

Saya mulai diubahkan ketika kelas 3 smp akhir. Waktu itu setelah kelas agama, ada kebaktian. Kaka2 mahasiswa membagikan Firman tentang "Gambar Diri". Di masa itu, gambar diri saya memang sedang kacau parah. Saya mengalami yang namanya krisis kepercayaan diri, krisis jati diri, minder akut, rasa tertolak, merasa tidak berharga, saya merasa kurang dan orang lain lebih. Karena itulah, saya tidak bisa bicara di depan orang banyak.

Saya teringat, waktu dulu anak2 yang 3 besar dari kelas A-G ditunjuk untuk mengikuti portofolio, ya semuanya kecuali saya. Mungkin guru saya melihat bahwa saya tidak mampu bicara. Saya hanya baik secara tertulis (padahal waktu itu saya rangking 1). Ya begitu parah kali ya di masa itu.

Semenjak dibagikan firman itu, ada perubahan yang terjadi di hati saya. Saya merasakan kasih Bapa, saya mengerti bahwa saya berharga dan dikasihi Bapa dengan sangat. KasihNya memampukan saya mengasihi dan menerima diri saya. Saya pun berubah menjadi Nella yang baru, yang kini percaya diri, bukan karena sombong tapi karena saya tau saya diciptakan unik, masterpiece oleh Tuhan.

Belajar berbicara di depan...

Semuanya berproses. Di sma, setelah saya pulih dari gambar diri, Nella yang murung berubah menjadi Nella yang ceria. Saya mulai belajar berbicara dengan lebih percaya diri. Saya belajar berbicara di depan. Mungkin tidak sehebat teman-teman saya yang lain, tapi saya tau saya sedang diproses.

Kepercayaan berbicara di depan...

Awal saya masuk itb. Saya ikut beberapa unit kegiatan mahasiswa, salah duanya adalah PSM (Paduan Suara Mahasiswa) dan PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen). Di mulai dengan menjadi MC saat acara Festival Mini (FesMin) PSM. Memang tidak terlalu banyak saya bicara, tetapi saya sedang diproses. Kemudian Tuhan percayakan saya menjadi WL (Worship Leader) untuk acara Paskah di fakultas saya saat saya tingkat 1. Bayangkan saja, sebelumnya saya belum pernah memimpin kebaktian apapun, tapi Tuhan yang menganugerahkannya.
Kemudian, menjadi singer dan WL di beberapa kebaktian maupun persekutuan kecil. Kemudian belajar lagi menjadi MC waktu acara ulang tahun unit saya Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa (Kokesma). Saya masih banyak kekurangan, tapi Tuhan sedang memproses saya.
Hingga suatu waktu saya dipercayakan menjadi WL acara Natal PMK ITB. Saya tau itu bukan karena saya jago, tapi cuma karena Tuhan aja. Saya pun masih dibentuk di sini.
Dan juga beberapa kepercayaan lainnya.

jangan salah persepsi yaaaa...saya bilang tadi bukan untuk nyombong. Tapi saya ingin tunjukkin, Nella yang dulu seorang demam panggung bisa Tuhan ubah menjadi seperti itu. Kalo tanpa Tuhan mah ga bisa gitu. Saya mungkin masih menjadi Nella yang membenci diri sendiri dan demam panggung sampai saat ini, tetapi Puji Tuhan Dia menyelamatkan saya. WOOW, makasi banyak deh Tuhan Yesus. Love Youuuu.

Itu proses saya untuk belajar menjadi good speaker. Ya saya masih punya banyak kekurangan, tetapi saya tau Tuhan belum selesai memproses saya.

Belajar menjadi pendengar yang baik....

Seperti yang saya bilang tadi, latihan yang tepat adalah saat kita mengambil keputusan untuk tetap mendengarkan dan mencoba memahami apa yang pembicara itu sampaikan (sekalipun mungkin pembicara tersebut tidak sesuai dengan selera kita).

Pengalaman saya...

Saya akui ada saja dosen yang saat menjelaskan di kelas tidak begitu saya pahami dan kadang membuat kantuk. Mungkin ada yang memilih cabut dari kelas, ada yang memilih tidur saja di kelas. Saya ingat, waktu itu saya belajar mencoba tetap diam di kelas, melawan kantuk, dan mencoba memahami (walau mungkin pernah aga ketiduran juga...hehehe,,walau jarang sih soalnya ga enak tidur di kelas, enakan di kasur). Bahkan kadang saya walau sudah berusaha mendengarkan, tapi tetep ga ngerti. Tapi saya tau waktu itu Tuhan ajarin tentang kepatuhan dan penghormatan ke dosen.

Pernah juga ada dosen, yang perkataannya aga gimana gtu. Sempet males juga dengerin. Tapi ya suara hati suka nyuruh ya dengerin. Mungkin walau dengan terpaksa dan ogah-ogahan saya coba mendengarkan. Kadang saya juga ga selalu sukses lohhh..kadang ada juga kondisi bener2 ga fokus dan ga dengerin. Tapi itu dia. Proses. Belajar. Belajar. Bangkit. Bangkit. Bangun. Bangun.

Kisah lainnya, dulu ada dua pengkhotbah yang bukan favorit saya, mungkin karena pola pikir dan pandangan saya juga terhadap mereka. Akibatnya saya kurang mendengarkan. Hingga saya ambil keputusan untuk benar2 berusaha mendengarkan dan memahami apa yang pengkhotbah itu sampaikan. Dan kalian tau? Sekarang kedua pengkhotbah itu saya nantikan setiap khotbah, mereka menjadi pengkhotbah favorit saya sekarang. Ada kepuutusan yang dibuat untuk menjadi seorang pendengar yang baik.

Ya intinya kita harus belajar menjadi pendengar yang baik dan pembicara yang baik juga. Butuh kerendahan hati untuk menjadi pendengar yang baik. Butuh anugrah juga untuk menjadi pembicara yang baik. Mari sama2 belajar!!!

GBUA =D

Senin, 01 April 2013

HATI

Segala sesuatu, hal, dan pihak
Kapanpun, di manapun, dan bagaimanapun
Dapat berpotensi menyakiti hati kita

Saat yang terjadi tidak sesuai dengan harapan
Saat perlakuan tidak seperti yang harus diterima
Saat perkataan tidak seperti selayaknya terucap

Hatimu terluka, tergores, ternoda
Ditemani air mata yang mengalir

Kawan, susahnya hidup seperti itu!!
Jangan mau hidup seperti ini :
Terluka sebentar lagi, tersinggung sebentar lagi.
Menangis sebentar lagi
JANGAN!!!

Berilah hatimu kepada Sang Penjaga Hati,
Dia akan menjagainya dan melindunginya
Tak kan dibiarkannya hatimu hancur oleh dunia

Hatimu tenang, damai, nyaman.
Hiduplah seperti ini :
Mengampuni sebentar lagi, mengasihi sebentar lagi
Tersenyum sebentar lagi.
JANGAN TUNDA!!!